Kesehatan mental di lingkungan sekolah sudah semestinya dibangun sejak sekarang. Langkah ini menjadi awal perubahan yang lebih baik dalam mewujudkan lingkungan pendidikan inklusi bagi semua civitas akademik.
Yang perlu kita tahu, bahwa kesehatan mental menjadi topik penting untuk bisa disematkan dalam kurikulum pembelajaran sekolah. Dengan itu, proses pembelajaran akan mencapai pada kompetensi belajar siswa, sesuai dengan target yang sudah ditentukan. Penyematan orientasi kesehatan mental pada proses belajar siswa, juga menjadi upaya menekan angka kematian remaja akibat depresi, karena menjadi hasil atas proses pembelajaran yang tidak hanya berfokus pada lingkup akademis saja.
Lalu bagaimanakah kita menciptakan lingkungan sekolah yang sadar akan kesehatan mental? Serta bagaimanakah membuat proses belajar-mengajar tidak berorientasi pada nilai akademis semata?
Pastinya untuk menciptakan lingkungan sekolah yang sadar akan kesehatan mental, membutuhkan langkah-langkah kunci, meliputi (1) memfungsikan unit bimbingan konseling (BK) untuk menciptakan ruang aman bagi siswa meluapkan emosi, (2) memberikan edukasi kepada orang tua tentang kesehatan mental, (3) melakukan kolaborasi dengan universitas ataupun penyedia layanan kesehatan.
BK : Ruang Aman Meluapkan Emosi
Fungsi BK di setiap sekolah memiliki peranan yang penting. Dimana guru BK menjadi langkah awal untuk menciptakan lingkungan sekolah yang lebih sehat. Oleh karena itu, guru BK haruslah proaktif menciptakan iklim sekolah yang positif, melalui langkah preventif dalam merawat kesehatan mental setiap siswa.
Sebelumnya, bagi guru BK untuk menerapkan lingkungan sekolah yang sehat dengan adanya budaya kesehatan mental ini, perlu diawali dengan studi lapangan di setiap kelas. Hal ini sangat penting untuk dilakukan, agar ketercapaian hasil dapat diwujudkan dengan maksimal.
Contohnya saja nih, guru BK dapat melaksanakan banding, terhadap metode-metode yang sudah ada, baik itu di dalam buku ataupun mengadaptasi pada sekolah yang sudah menerapkan budaya tersebut. Aktivitas ini, contohnya seperti membentuk forum kecil yang membahas masalah keluarga, stres akibat beban akademik, atau hal sepele seperti hubungan asmara remaja di lingkungan sekolah.
Langkah ini dapat memberikan harapan bagi siswa untuk menyalurkan emosinya. Sekaligus menjadi saluran alternatif siswa membagikan perasaannya, guna mempersempit masalah yang sedang dihadapi.
Bekerja Sama Dengan Orang Tua Mengenai Kesehatan Mental Siswa
Penerapan sadar akan kesehatan mental di lingkungan sekolah akan lebih bisa terwujud, jika pihak sekolah melibatkan orang tua di dalamnya. Mengapa ini perlu untuk dilakukan?
Sederhananya, apabila di sekolah siswa telah diajarkan penerapan kesehatan mental, untuk menghadapi dan menyelesaikan permasalahannya. Ini tidak akan maksimal jika, seorang siswa tumbuh di lingkungan keluarga yang toxic. Karenanya lingkungan keluarga juga ikut berperan untuk memberikan kultur berbagi masalah, agar siswa lebih bisa terbuka dengan masalah yang dia hadapi.
Kolaborasi Bersama Dunia Akademik dan Lembaga Kesehatan
Seorang pakar kesehatan mental berpendapat, kolaborasi ini juga menjadi penting untuk keberhasilan ‘sadar kesehatan mental’ di lingkungan sekolah. Penanganan kesehatan mental serta intervensi bunuh diri di lingkungan sekolah dapat terwujud, bila memiliki lembaga riset yang mumpuni.
Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan, sekolah haruslah berkolaborasi bersama dengan tim peneliti yang berada di universitas ataupun lembaga kesehatan mental. Nantinya, kolaborasi ini akan dapat menghasilkan data-data yang bermanfaat untuk sekolah, dalam memetakan faktor pendorong bunuh diri remaja di lingkungan sekolah, sekaligus cara pencegahannya.
Sekali lagi untuk menerapkan ‘sadar kesehatan mental’ di lingkungan sekolah, dan menjadi topik yang seharusnya ada dalam kurikulum pengajaran sekolah, tidak bisa dilakukan jika hanya mengandalkan salah satu pihak saja. Namun perlu adanya kolaborasi beberapa pihak, agar terciptanya lingkungan sekolah yang sehat.