Kemunculan induk perusahaan farmasi yang terdiri dari PT Kimia Farma, Tbk dan PT Indofarma Tbk beserta induk usahanya Bio Farma dilatarbelakangi oleh tren penyakit dan bidang kesehatan terutama di negara berkembang yang membutuhkan solusi pasti dan lebih komprehensif untuk masyarakat. Hal ini konsisten dengan tren perawatan kesehatan masa depan di mana industri perawatan kesehatan perlu berkembang melampaui terapi dan pencegahan ke layanan kesehatan, termasuk pendanaan menggunakan asuransi kesehatan. Pendirian holding farmasi ini memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas industri farmasi nasional dan meningkatkan ketersediaan produk melalui pengembarangan dan riset dalam upaya memunculkan inovasi terbaru dalam penyediaan obat-obatan. Apakah negara, investor dan konsumen membutuhkan obat tersebut. Honesti mengatakan bahwa dengan menjalin kolaborasi akan menghasilkan lebih banyak hasil daripada jika perusahaan harus bekerja sendiri.
“Jika kita semua bisa bekerja sama. Maka di setiap ekosistem, setidaknya ekosistem pemerintah, dapat memberikan kontribusi maksimal. Dengan begitu, beban (dari pemerintah) bisa berkurang, tapi pelayanan kepada masyarakat sudah membaik,” ujarnya.
Saat ini, perusahaan industri yang bergerak dalam bidang farmasi di Indonesia terus menghadapi banyak tantangan besar. Salah satunya adalah ketergantungan pada bahan farmasi impor atau bahan aktif farmasi (API). Tantangan lainnya adalah akses ke obat-obatan, yang biasanya sulit karena saluran distribusi yang terbatas. Akibatnya, harga obat relatif mahal. Gabungan dari kelompok BUMN yang ikut tergabung membentuk holding farmasi ini menciptakan sinergi yang dapat menekan impor bahan baku farmasi atau bahan aktif farmasi (API) dari 90% menjadi 75%, sehingga diharapkan produk farmasi dapat terdistribusi secara merata di negara ini. Tujuan lain BUMN farmasi membentuk holding ini adalah untuk membentuk dan menciptakan efisiensi penggunaan bahan baku untuk meningkatkan skala usaha dengan memproduksi obat-obatan dengan harga murah dan yang paling utama adalah membentuk holding BUMN farmasi. Ini menandai tonggak sejarah berdirinya sebuah holding Heal di Indonesia sehingga segala sesuatu dari hulu hingga hilir dapat dikelola dengan baik.
“Kami berharap dengan bergabungnya beberapa perusahaan farmasi seperti Bio Farma, Kimia Farma, dan Indofarma menjadi BUMN holding farmasi, masing-masing perusahaan ini dapat berkontribusi bagi keberlanjutan farmasi negara, menurunkan harga obat,” kata Honesti.
Secara khusus, dengan membuat holding tersebut, Bio Farma bermaksud untuk memberikan support dan dorongan kepada anggota holding lainnya untuk menerapkan sistem produksi dan kontrol kualitas. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan pra-sertifikasi oleh WHO (PQ WHO). Melalui PQWHO, Kimia Farma dan Indofarma juga diharapkan dapat memasuki pasar global. Pada saat ini produk Biopharma dilaporkan telah banyak digunakan di lebih dari 140 negara di seluruh dunia dan menembus pasar negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
Sejarah Holding BUMN Farmasi
Kementerian BUMN Republik Indonesia mengumumkan secara resmi akan meratifikasi kegiatan Pharmaceutical Holdings pada awal tahun 2020. Perusahaan farmasi yang tergabung dalam kegiatan ini meliputi tiga perusahaan yang bergerak dalam bidang farmasi yang kepemilikannya dipegang oleh negara, yaitu Bio Farma sebagai perusahaan induk, masih 100% milik negara dan terdiri dari PT Kimia Farma (Persero) Tbk dan PT Indofarma (Persero) Tbk. Alasan penunjukan dan menunjuk Perusahaan Bio Farma untuk menjadi induk perusahaan yang memegang BUMN farmasi adalah untuk mendapatkan persetujuan RUPS yang disahkan oleh Menteri BUMN untuk memberi kuasa dalam mengalihkan seluruh saham Seri B yang dimiliki oleh Negara Republik Indonesia kepada Kimia Farma dan Indofarma. Di PT Bio Farma (Persero). Bio farma merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang kesehatan terutama farmasi, memiliki fokus utama terhadap pengembangan produk jenis vaksin. Tentu saja, bahkan setelah menjadi perusahaan induk, bisnis yang dimulai 129 tahun yang lalu terus beroperasi.
“Bio farma yang fokus pada produksi vaksin tidak bisa diabaikan, karena mereka memiliki manajemen tersendiri. Namun, perusahaan Bio Farma dapat melakukan yang lebih dari itu, mereka akan bertindak sebagai induk holding company farmasi,” jelas CEO Biopharma Honesti Bashir dalam konferensi pers yang diadakan di Jakarta pada 5 Februari 2020 (Rabu).
Selain itu, Aditya Dhanvantara, Wakil Menteri Komunikasi dan Farmasi Kementerian BUMN, mengatakan, Kementerian BUMN memiliki rencana untuk memasukkan Inuki ke dalam perusahaan farmasi dan sudah mengomunikasikan dengan para pemangku kepentingan inisiatif untuk memulai proses integrasi Inuki menjadi perusahaan farmasi. Rencana memasukkan Inuki ke dalam perusahaan farmasi yang memiliki BUMN diharapkan selesai pada 2021.
“Inuki akan fokus pada dukungan kedokteran nuklir di Indonesia,” katanya. Hal ini dapat memberikan manfaat dengan meningkatnya kualitas perusahaan farmasi dalam negeri, kata Aditya. Karena ke depan, industri nuklir akan mendukung industri medis. Negara yang memiliki industri nuklirnya sendiri, yang juga merupakan salah satu masa depan industri medis setelah kita melihat kedokteran nuklir, ”katanya.